Jika bicara soal makanan dan restoran, sepertinya tidak akan pernah
ada habisnya. Makanan ibarat magnet kebahagiaan yang dapat menarik siapa
saja, tidak peduli usia ataupun gender. Para ahli memprediksi munculnya
daya tarik pada aktivitas yang berkenaan dengan makanan tersebut bisa
jadi karena perjalanan evolusi manusia itu sendiri untuk bertahan hidup (survive) dan berkompetisi menjadi yang terbaik.
Energi yang telah dikeluarkan oleh manusia untuk bekerja, misalnya,
akan diperbarui melalui aktivitas makan dan istirahat. Lantas, di
sinilah otak kemudian merespons lewat serangkaian proses metabolisme
kimia. Selanjutnya, ingestion analgesia atau perasaan
menyenangkanlah yang kemudian dirasakan oleh mereka selepas
menyelesaikan aktivitas makannya. Demikian siklus itu terus berputar
selama manusia hidup dan bergerak.
Dari sisi bisnis, makanan, tidak terhindarkan, juga memiliki daya
pikat luar biasa. Kelapa Gading bisa menjadi contoh betapa bisnis
makanan betul-betul menikmati masa keemasannya. Tidak kurang dari 500
restoran berkapasitas 3.000 tempat duduk tersebar di kawasan yang,
kabarnya, “didesain” sebagai Singapura-nya Jakarta ini. Masakan
Indonesia, makanan cepat saji, masakan Tiongkok, masakan Jepang, dan
berbagai jenis makanan lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, semua
tersedia di sini. Cita rasa aneka makanan yang disajikan itu makin
sempurna dengan beragam cluster area yang menawarkan kenyamanan.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi
Lukman mengapresiasi animo positif itu. Ia mengatakan walau perlambatan
ekonomi dunia akibat krisis moneter Eropa belum juga bergeser, industri
makanan di Tanah Air tetap dapat tumbuh. Hingga akhir tahun, ia
memprediksi penjualan di industri makanan akan menyentuh Rp700 triliun
atau melesat 8% lebih tinggi dibandingkan pada 2011. “Positifnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung masih kuatnya konsumsi domestik.
Selain itu, pendapatan warga Indonesia pun cenderung naik tiap
tahunnya,” ujarnya optimistis.
Bisnis makanan dan restoran memang menantang. Namun, walau sangat
menjanjikan, para pelaku bisnis ini tetap tidak boleh terlena. Tingginya
volume pengunjung seyogianya tidak lantas disikapi dengan bungah karena
bisa jadi itu hanya bersifat sesaat. Faktor-faktor yang berkenaan
dengan produk, kualitas pelayanan, hingga manajemen pengelolaan
profesional mutlak tidak boleh ditinggalkan. Selain itu, jangan
dilupakan pula unsur inovasi dan konsistensi rasa dari menu-menu yang
ada serta strategisnya lokasi restoran.
Dengan demikian, maka makanan pun bukan lagi sekadar kebutuhan pokok.
Bagi mereka yang berkantong tebal, makanan adalah simbol prestise dan
gaya hidup. Demi mengejar kepuasan itu, tidak sedikit dari mereka rela
berburu menu-menu penggugah selera lidah ke restoran-restoran di segala
penjuru dunia. Mereka tidak peduli betapa mahalnya harga menu-menu yang
disajikan para chef andal itu. Para pemburu prestise makan
sebagai gaya hidup, tidak akan lelah mengejar menu demi memenuhi
“kegilaan hasratnya”. Restoran premium mana saja yang menyajikan
makanan-makanan termahal di dunia? Berikut nukilannya.
1. Aragawa
Inilah restoran termahal di dunia saat ini. Menu beef steak
menjadi sajian andalannya. Restoran yang berdiri kokoh di distrik
Shinbashi, Tokyo, ini mematok tarif US$368 per porsi makan satu orang.
Eksklusivitas daging yang diperoleh dari peternakan bersanitasi terbaik
di Jepang serta suguhan menu daging merah berbumbu lada dan mustard
menjadi nilai jual restoran ini.
2. Alain Ducasse au Plaza au Plaza Athénée
Dari jantung Paris, Alain Ducasse au Plaza au Plaza Athénée sudah
tersohor sejak lama sebagai restoran glamor yang menjadi rujukan kaum
jetset. Adalah volaille de bresse, makanan yang diolah dari
daging ayam tanpa tulang, yang menjadi menu wajib restoran dengan 50
kursi ini. Untuk menikmati sajian istimewa berbanderol US$231 per porsi
makan satu orang itu, Anda harus rela memesannya jauh-jauh hari. Maklum
saja, selain kursi dan staf yang terbatas, Alain Ducasse juga tutup
selama sebulan penuh ketika libur musim panas dan menjelang Natal tiba
setiap tahunnya.
3. Gordon Ramsay
Apalah artinya sebuah nama, begitu kata sastrawan Inggris William Shakespeare. Namun, bagi Gordon Ramsay, chef
asal negeri yang sama dengan sang sastrawan, nama adalah identitas kuat
yang memiliki nilai jual luar biasa. Ia mengabadikan namanya sebagai
identitas restoran dan merasakan betul tuah ajaib itu.
Restoran ini menyediakan 13 meja, dan semuanya selalu penuh terisi.
Padahal untuk bisa makan di sini, para pengunjung harus memesan dua
bulan sebelumnya. Menu burung merpati dengan foie gras (pasta
hati sebagai penyedap) dan daging domba Cornish adalah menu favorit di
restoran ini. Untuk menyantap menu favorit tersebut, Anda harus merogoh
kocek US$183 per porsi makan satu orang.
0 komentar:
Posting Komentar